Ekspresi seksual merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan dan telah menjadi fitrah bagi manusia sebagai makhluk biologis.
Tetapi, jika ekspresi atau dorongan itu begitu kuat dan sering kali seks
menjadi lebih dominan ketimbang kesehatan, pekerjaan, atau hubungan sehingga
kehidupan Anda menjadi terganggu, mungkin saja Anda mengalami perilaku seks
kompulsif (compulsive sexual behaviour/CSB).
Dalam istilah medis, perilaku seks kompulsif juga sering
disebut hiperseks, nymphomania, atau erotomania. Ada juga yang menyebut
kecanduan seks atau maniak seks. Tetapi dua istilah terakhir ini biasanya
berkaitan atau merujuk pada tingginya aktivitas seksual bersamaan dengan
penggunaan alkohol, narkoba, atau perjudian.
Menurut penjelasan dalam situs Mayo Clinic, perilaku seks
kompulsif secara umum dipertimbangkan sebagai suatu kelainan yang dialami
seseorang dalam mengendalikan impuls atau dorongan seks.
Akibat kelainan ini, seseorang tak mampu menolak godaan
atau dorongan melakukan suatu tindakan yang merugikan diri sendiri ataupun
orang lain. Pada kelainan seks ini, perilaku normal yang seharusnya
menyenangkan dapat berubah menjadi kebiasaan yang ekstrem.
Apa pun itu istilahnya, perilaku seks kompulsif adalah
masalah serius yang dapat mengganggu kehidupan seseorang dan bahkan mengancam
kesehatan. Tetapi dengan pengobatan dan program-program bantuan, CSB sebenarnya
dapat dikendalikan sehingga seseorang dapat membangun kehidupan seks yang lebih
sehat.
Kenali
gejalanya
Gejala CSB sangat bervariasi, baik dari jenis maupun
tingkat keparahannya. Dorongan untuk tenggelam dalam perilaku kompulsif ini
bisa bersifat kronis dan kuat, dan mungkin akan terasa di luar kendali. Secara
umum, gejala perilaku seks kompulsif dapat dikenali dari pola-pola perilaku
berikut ini:
*
Memiliki banyak pasangan seks atau affair di luar perkawinan yang sah.
*
Berhubungan seks dengan pasangan baru yang belum dikenal atau jasa prostitusi
*
Menghindari keterlibatan emosional dalam hubungan seksual
*
Menggunakan layanan komersial yang mengumbar seksualitas lewat telepon atau
internet
*
Masturbasi dengan frekuensi sangat sering.
*
Sering kali melihat atau menggunakan materi-materi pornografi.
*
Melakukan hubungan seks bersifat masokisme dan sadisme.
*
Mengekspos atau memamerkan seksualitas kepada umum (ekshibisionisme)
Orang yang mengalami CSB sering kali menggunakan seks
sebagai pelarian dari masalah lain, seperti kesepian, depresi, kecemasan atau
stres. Ia juga akan membiarkan dirinya terlibat perilaku seks berisiko meski
sadar akan konsekuensinya seperti gangguan jantung, penyakit menular seksual,
atau hilangnya hubungan dengan orang yang dicintai.
Pria dan wanita yang mengalami CSB mungkin saja telah
menikah atau sedang dalam hubungan serius. Mereka tampaknya hidup normal,
tetapi sebenarnya tidak. Kenyataannya, mereka sering kali kesulitan menciptakan
dan mempertahankan keintiman secara emosional. Mereka lalu mencari kepuasan
melalui perilaku seks, tetapi pemenuhan kebutuhan itu cenderung tidak tercapai
sehingga kehidupan mereka menjadi terasa hampa. CSB juga dapat dialami siapa
saja tanpa memedulikan preferensi seksual, baik heteroseks, homoseks, ataupun
biseks.
Penyebab
Sejauh ini, para ahli belum dapat memastikan apa penyebab
timbulnya CSB. Penelitian ilmiah mengenai kecanduan seks ini masih terbilang
baru, dan para ahli masih menyelidiki kemungkinan beberapa penyebabnya antara
lain :
* Abnormalitas otak. Penyakit atau kondisi medis tertentu
kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan
pada bagian otak yang memengaruhi perilaku seksual. Penyakit seperti multiple
sclerosis, epilepsi, dan demensia juga berkaitan dengan CSB. Selain itu,
pengobatan penyakit parkinson dengan dopamine diduga dapat memicu perilaku CSB.
* Senyawa kimia otak. Senyawa kimia pembawa pesan antarsel
otak (neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin, norepinephrine, dan zat
kimia alami lain dalam otak berperan penting bagi fungsi seksual dan mungkin
juga berkaitan dengan CSB meski belum jelas mekanismenya.
* Androgen. Hormon seks ini secara alami terdapat pada pria
dan wanita. Walaupun androgen juga memiliki peran yang sangat penting dalam
memicu hasrat atau dorongan seks, belum jelas apakah hormon ini berkaitan
langsung dengan CSB.
* Perubahan sirkuit otak. Beberapa ahli membuat teori bahwa
CSB adalah sebuah jenis kecanduan yang seiring waktu menimbulkan perubahan para
sirkuit syaraf otak. Sirkuit ini merupakan jaringan syaraf yang menjadi sarana
komunikasi antara satu sel dan sel lain dalam otak. Perubahan ini dapat
menimbulkan reaksi psikologis menyenangkan saat terlibat dalam perilaku seks
dan reaksi tidak menyenangkan ketika perilaku itu berhenti.